Senin, 12 November 2012

Sains Al-qur'an

Category Archives: Sains Al-Qur'an

Pulsar Adalah Bintang Bersinar Tajam


Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Mari kita simak informasi Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ath-Tariq: 1-3: “Demi langit Allah Yang Maha Esa. Demi langit dan yang dating pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang bersinar tajam”.
Sebagaimana telah dibahas, bintang-bintang yang dijelaskan sebagai Thaariq dalam Alquran memiliki kemiripan dekat dengan pulsar yang dipaparkan di abad ke-20, dan mungkin mengungkapkan kepada kita tentang satu lagi keajaiban ilmiah Alquran. (www.harunyahya. com ).
Pulsar adalah sisa-sisa bintang padam yang memancarkan gelombang radio teramat kuat yang menyerupai denyut, dan yang berputar pada sumbunya sendiri dengan sangat cepat. Telah dihitung bahwa terdapat lebih dari 500 pulsar di galaksi Bima Sakti, yang di dalamnya terdapat Bumi kita. Kata “Thaariq,” nama surat ke-86, berasal dari akar kata tharq, yang makna dasarnya adalah memukul dengan cukup keras untuk menimbulkan suara, atau menumbuk. Dengan mempertimbangkan arti yang mungkin dari kata tersebut, yakni “berdenyut/berdetak “, “memukul keras,” perhatian kita mungkin diarahkan oleh ayat ini pada sebuah kenyataan ilmiah penting.
Di ayat ke-3 surat Ath Thaariq istilah an najmu ats tsaaqibu, yang berarti yang menembus, yang bergerak, atau yang membuat lubang, mengisyaratkan bahwa Thaariq adalah sebuah bintang terang yang membuat lubang di kegelapan dan bergerak. Makna istilah “adraaka” dalam ungkapan “Tahukah kamu apakah Ath Thaariq itu?” merujuk pada pemahaman. Pulsar, yang terbentuk melalui pemampatan bintang yang besarnya beberapa kali ukuran Matahari, termasuk benda-benda langit yang sulit untuk dipahami. Pertanyaan pada ayat tersebut menegaskan betapa sulit memahami bintang berdenyut ini.
Melalui penelitian oleh Jocelyn Bell Burnell, di Universitas Cambridge pada tahun 1967, sinyal radio yang terpancar secara teratur ditemukan. Namun, hingga saat itu belumlah diketahui bahwa terdapat benda langit yang berkemungkinan menjadi sumber getaran atau denyut/detak teratur yang agak mirip pada jantung. Akan tetapi, pada tahun 1967, para pakar astronomi menyatakan bahwa, ketika materi menjadi semakin rapat di bagian inti karena perputarannya mengelilingi sumbunya sendiri, medan magnet bintang tersebut juga menjadi semakin kuat, sehingga memunculkan sebuah medan magnet pada kutub-kutubnya sebesar 1 triliun kali lebih kuat daripada yang dimiliki Bumi.
Sejumlah pulsar berputar 600 kali per detik. Kata “pulsar” berasal dari kata kerja to pulse. Menurut kamus American Heritage Dictionary, kata tersebut berarti bergetar, berdenyut. Kamus Encarta Dictionary mengartikannya sebagai berdenyut dengan irama teratur, bergerak atau berdebar dengan irama teratur yang kuat. Lagi menurut Encarta Dictionary, kata pulsate, yang berasal dari akar yang sama, berarti mengembang dan menyusut dengan denyut teratur yang kuat.
Pulsar ( Pulsing Star ) adalah bintang neutron ( bintang yang terbentuk sebagai sisa dari bintang besar yang mengakhiri hidupnya dalam ledakan mendadak ) yang berputar dengan kecepatan tinggi dan memancarkan gelombang radio. Seperti sinar mercusuar yang berputar, kita mendeteksi gelombang radio setiap kali itu berayun ke arah kita . Sebagai gambaran agar kalian lebih memahami tentang “apa itu Pulsar ” , mari simak uraian berikut ! Bintang berukuran sedang seperti matahari cukup besar untuk menampung sejuta Bumi . Bintang raksasa dan super raksasa 10 sampai 10.000 kali lebih besar diameternya daripada Matahari . Nah , bintang neutron adalah salah satu bintang besar ini , yang runtuh menjadi seukuran sebuah kota
Semua bintang berotasi pada porosnya, seperti planet. Setiap benda yang sudah berotasi akan berputar lebih cepat jika menciut. Coba saja kalian bayangkan atlet ice skating yang berputar di atas es. Saat ia merapatkan lengannya ke tubuhnya, putarannya bertambah cepat. Begitu juga bintang yang runtuh. Pulsar seukuran kota besar mungkin berputar luar biasa cepat, berputar sekali sedetik. Beberapa bahkan berputar lebi cepat lagi . Dari sinilah datangnya denyutan itu . Pulsar memiliki medan magnet yang kuat . Proton dan elektron bebas di permukaan bintang terseret di sepanjang garis-garis medan magnet dekat kutub utara dan selatan bintang itu. Saat partikel-partikel bertambah cepat, mereka melepaskan foton-foton energi, dari sinar X sampai gelombang radio. Jadi saat pulsar berputar, radiasi memancar sekilas-sekilas dalam berkas-berkas pendek yang  serupa dengan  berkas sinar yang dipancarkan mercu suar yang berputar.
Itulah yang menjadikan bintang neutron sangat aneh. Masing-masing mengandung seluruh massa bintang biasa-tetapi dipadatkan ke ruang yang sangat mustahil kecilnya. Bahkan, sesendok teh bintang neutron beratnya bisa semilyar ton. Proses terbentuknya bintang ini bisa kalian cermati pada uraian berikut: Setelah sebuah bintang meledak, materi yang tersisa runtuh. Saat runtuh, gravitasinya makin lama makin kuat, dan atom-atomnya terdorong makin rapat dan makin rapat . Dalam keadaan normal, atom-atom menjaga jarak, karena elektron-elektron yang mengorbit di luar setiap atom saling menolak. Tetap dalam bintang neutron, elektron-elektron dipaksa turun dari orbitnya yang biasa ke inti atom.
Inti atom, atau nukleus, terdiri dari proton dan neutron. Elektron-elektron yang dirapatkan ke dalam nukleus akan bereaksi dengan proton dan akan membentuk lebih banyak neutron. Akhirnya, bintang itu terutama berisi neutron yang berdesak-desakan . Dan bintang neutron pun lahir. Pulsar adalah bintang neutron yang sudah ingin ditemukan para ilmuan sejak lama. Ratusan bintang misterius ini telah ditemukan sejak kejadian pada bulan November 1967 dimana mereka mendapatkan bukti pertama mereka. Sebarisan teleskop radio di Inggris menemukan sumber  gelombang radio di angkasa.
Demi luasnya langit, dan bagian tertentu langit yang dapat dilihat! Demi keagungan langit yang tiada batas dan bintang yang bersinar cemerlang, yang menunjukkan diri dengan terang. Demi langit batinmu dan pancaran cahaya yang tiba-tiba bersinar dalam dirimu! Demi Keluasan yang tak terukur hingga engkau menjumpai sesuatu yang membimbingmu! Semua ini adalah cara untuk menjelaskan ayat pertama dengan gaya ayat itu sendiri.***

Setiap Detik Dipermukaan Bumi Adalah Waktu Sholat



Ir.H. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an & Sunah/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Bumi adalah bola dunia yang bulat dan sekaligus berputar pada sumbunya ini menjadikan setiap jengkal daerah yang ada dipemukaan bumi bergantian terkenal sinar matahari pagi, berganti terkena matahari siang, berganti terkena matahari sore,berganti terkena waktu petang, berganti waktu malam dan berganti waktu fajar. Dikarenakan waktu sholat mengikuti posisi bumi terhadap matahari, dengan kata lain bergantung posisi matahari yang terus ‘bergerak’ sepanjang hari, maka waktu sholat pun menjadi berganti di setiap daerah. Karena ‘perjalanan’ matahari adalah linear atau tidak melompat dari satu titik ke titik lainya, maka daerah yang terkena sinar matahari pun bergerak scara smooth dan continu dari satu daerah ke daerah lainnya.
Kajian yang sangat menarik masalah ini dapat kita jumpai dalam buku Agus Mustofa ( Langit Bertasbih Bumi Berdzikir 81-83). Jika kita gunakan hitungan waktu dengan satuan terkecil detik, maka setiap detik perjalanan matahari akan diikuti waktu sholat di setiap daerah berikutnya searah ‘gerak’ matahari. Akibatnya di bumi tak ada satu daerahpun yang tidak terkena waktu shalat (keculai kutub yang memerlukan pemahaman tersendiri). Maka setiap saat dan waktu terdapat orang-orang yang sholat bersamaan. Dan bergantian sepanjang waktu. Ketika di suatu daerah orang-orang sedang memulai sholat dhuhur, di detik berikutnya jamaah disambung orang lain memulai sholat dzuhur. Kemudian detik berikutnya jama’ah orang-orang di daerah lain memulai sholat dzuhur pula. Belum selesai seseorang mengucap salam, ribuan orang lain telah ‘menyambungnya’. Demikian seterusnya berlaku sepanjang waktu yang ada, 24 jam penuh.
Jika satuan detik di anggap sebagai waktu terkecil, maka 24 jam waktu kita sehari semalam equivalent dengan: 24 (jam) X 60 (menit) X 60 (detik) = 86.400 detik. Andai saja kita punya ‘delapan puluh enam ribu empat ratus’ buah monitor CCTV atau pesawat televisi, kemudian kita letak di hadapan kita, kemudian kita aktifkan semua monitor CCTV pada ‘chanel detik’ berbeda yang bisa membuat laporan khusus kegiatan sholat di atas permukaan bumi, maka kita akan melihat suatu pemandangan yang menakjubkan yang tentu akan membuat berdiri bulu roma orang-orang beriman. Bahkan manusia pada umumnya. Mengapa? Sebab tidak satupun monitor CCTV yang kosong dari orang sholat. Semua monitor CCTV akan menunjukkan gambar orang sedang sholat secara bersamaan dan sambung menyambung sepanjang hari, sepanjang malam, dan sepanjang waktu.
Andai saja kita mempunyai pandangan tajam sampai menembus seluruh permukaan bumi secara bersamaan, maka kita akan melihat di atas permukaan bumi terdapat ‘gelombang’ orang sholat yang takkan pernah berhenti sepanjang waktu. Satu daerah memulai takbiratul ihram, detik berikutnya daerah lain menyusul takbiratul ihram. Suatu daerah melakukan rukuk, daerah berikutnya memulai rukuk. Daerah lain melakukan i’tidal, detik berikutna daerah lain juga i’tidal. Demikian pula ketika sujud, duduk, bediri, di seluruh permukaan bumi terdapat orang sedang sholat secara bersamaan dan bergantian sambung menyambung tak pernah henti, subhaanallah. Indah sekali.
Manusia tidak pernah berhenti sedetikpun mengagungkan Tuhannya yaitu Allah SWT. Mampunkah kita menghitung? Berapa ribu, berapa juta. Atau bahkan berapa trilyun kalimat Allah disebut dan dikumandangkan yang terus sambung menyambung tak pernah berhenti…? Demikian juga dengan nama Rasulullah SAW yang terus berkumandang sepanjang hari. Satu-satunya nama manusia yang terus melekat dengan nama Allah SWT (Allahuma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad…).***

Tragedi Buah Khuldi




Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Mari kita simak informasi Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Thaahaa (20): 121-122: “Maka keduanya memakan dari pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupi dengan daun-daun surga, Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Tuhan memilihnya maka Dia menerima taubatnya Dan memberi petunjuk.
Buah Khuldi dianggap sebagai biang keladi turunya Adam dan Hawa dari surga. Seandainya, Adam dan Hawa tak makan buah khuldi, niscaya mereka tidak akan diusir dari surge. Dan kita, semua keturunan adam, masih tetap tinggal di surga dengan segala kenikmatannya. Sampai kini.
Begitulah keyakinan sebagian besar kita tentang peristiwa di sekitar turunya Adam dan Hawa dari surga, Setan menggunakan buah khuldi itu menyesatkan Adam dan Hawa, agar membangkang perintah Allah SWT…
Ada beberapa kontroversi yang muncul diseputar turunya Adam dan Hawa dari surga itu. Diantaranya, adalah tentang buah khuldi yang ternyata tidak disebut secara eksplisit oleh Allah. Allah hanya menyebut pohon tersebut secara sepintas selalu, tanpa menyebut nama. Nama ‘buah khuldi’ justru muncul dari istilah setan ketika merayu Adam dan Hawa untuk memakannya. Itu pun tidakn secara eksplisit menyebut buah. Mealinkan menyebut syajaratul khuldi alias ‘pohon keabadian’.
Demikian ulasan Agus Mustofa dalam bukunya: Adam Tak Diusir dari Surga. Pohon keabadian itulah yang memunculkan istilah buah khuldi. Padahal, kata ‘buah’ pun secara eksplisit tidak disebut dalam Al-Qur’an. Allah hyanya mengatakan, Adam dan Hawa memakan bagian dari pohon itu. Cuma karena kebiasaannya yang dimakan adalah buah, maka kebanyakan kita mempersepsikan sebagai buah khuldi. Di kalangan kawan-kawan yang beragama Nasrani digambarkan sebagai buah Apel.
Sebenarnya kalau kita cermati substansinya ayat-ayat yang terkait dengan pohon khuldi, bentuk fisiknya tidaklah menjadi masalah penting. Yang lebih penting adalah ‘larangan’ Allah untuk mendekati pohon itu. Terbukti, Allah tidak menyebut nama pohon, kecuali hanya menyinggung sepintas dengan sebutan ‘pohon ini’ (haadzihis syajarat). Dan bukan hanya sekali, melainkan beberapa kali. Termasuk setan pun hanya menyebut dengan ‘pohon ini’.
Munculnya istilah pohon khuldi itu, sekali lagi, karena kita sendiri yang menamakannya. Berdasarkan ‘rayuan setan’ kepada Adam. Yang menarik, larangan Allah kepada Adam untuk mendekati pohon itu adalah karena Allah tidak menginginkan Adam menjadi orang yang zalim.
Jadi, kunci pemahaman atas pohon khuldi itu sebenarnya adalah kata ‘zalim’. Bahwa, jika Adam dan Hawa mendekati atau apalagi memakannya, mereka bakal menjadi orang yang zalim. Dengan kata lain agar kita bisa memahami substansi pohon larangan itu, kita harus memahami makna kata zalim.
Kata zalim di dalam Al-Qur’an diulang-ulang oleh Allah dalam ratusan ayat. Tak kurang dari 200 ayat, dengan segala variasinya. Makna yang paling dominan adalah ‘melanggar perintah Allah’, kemudian diikuti dengan arti yang hamper sama seperti ‘menyekutukan Allah’, mengikuti yang selain Allah. Berbuat tanpa petunjuk A, kemudian diikuti dengan arti yang hamper sama seperti ‘menyekutukan Allah’, ‘mengikuti yang selain Allah’. ‘Berbuat tanpa petunjuk Allah’, ‘menentang himbauan Allah’, ‘mendustakan allah’, dan sebagainya.
Di ayat lain lagi Allah memberikan gambaran bahwa orang-orang zalim itu adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya tanpa memiliki ilmu pengetahuan tentangnya. Mereka adalah termasuk orang-orang yang tersesat dan tidak memperoleh petunjuk dari Allah.
Jadi substansi pohon larangan itu sebenarnya adalah uji ketaatan Adam dan Hawa. Fisik benda yang dilarang tidaklah menjadi hal penting, sebagimana tersirat dari cara Allah bercerita, yang tanpa menyinggung langsung materinya. Yang lebih penting adalah bahwa Allah menguji dengannya, apakah Adam dan Hawa termasuk orang-orang yang taat kepadaNya.
Ketika Adam dan Hawa diperintahkan untuk tinggal di surga, Allah memberikan fasilitas kenikmatan sesuai dengan kebutuhan dasar hidup mereka. Yaitu makanan, minuman dan pasangan hidup. Sambil, Allah menguji mereka apakah fasilitas kehidupan surga itu membuat mereka lupa atau tidak. Allah hanya memberikan satu larangan saja, yang disimbolkan sebagai ‘pohon’.
Pohon itu menyimpulkan dua hal sekaligus. Yaitu makanan dan aurat. Karena itu perintahNya dikaitkan dengan kedua hal sekaligus. Awalnya, Allah mengatakan Adam dan Hawa boleh memakan apa saja yang ada di dalam surga, kecuali pohon itu. Allah memberikan gambaran tidak langsung bahwa larangan itu berkaitan dengan makanan.
Dan pada cerita selanjutnya, dikatakan bahwa memakan sebagian pohon itu bisa menyebabkan auratnya terbuka. Menyiratkan, bahwa pohon itu tidak hanya mengwakili larangan terhadap makanan, melainkan juga simbol hawa nafsu yang tersimpan di dalam diri setiap manusia.
Allah menegaskan bahwa di surga itu Adam dan Hawa tak akan kekurangan apa-apa selama masih berada di dalamnya mereka dijamin tidak akan kekurangan makanan, minuman, atau pun pakaian. Mereka tidak akan telanjang. Juga tidak kepanasan. Artinya dari segi fasilitas, semuanya ada.
Maka, ketika Adam dan Hawa terbuka auratnya karena memakan pohon khuldi, tentu saja itu bukan karena di dalam surge sudah tidak ada fasilitas pakaian. Bukan. Tetapi lebih dikarenakan terjadi ‘transformasi kesadaran’di dalam diri mereka tentang makna aurat.
Sebelum memakan pohon khuldi itu pemahaman mereka tentang aurat tidak sama dengan sesudah memakannya. Karena itu kalimat yang bercerita tentang aurat mereka itu bukan berbunyi “terbukalah” aurat mereka malainkan “tampaklah” begi keduanya aurat-auratnya. Hal ini menujukkan bahwa itu bukan proses fisik belaka, melainkan lebih bersifat transformasi kesadaran akan makna aurat. Tadinya tidak tampak, sekarang menjadi tampak. Adam menjadi ‘melihat’ aurat Hawa. Demikian pula sebaliknya, Hawa menjadi bisa ‘melihat’ aurat Adam. Padahal, tadinya mereka tidak melihatnya sebagai aurat.
Jadi, hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa keterbukanya aurat Adam dan Hawa itu lebih kepada keterbukaan persepsi mereka atas sesuatu yang memalukan, sesuatu yang seharusnya disembunyikan kepada lawan jenisnya. Adam menjadi malu kepada Hawa, dan Hawa demikian pula sebaliknya. Sehingga mereka menutupinya dengan daun-daun surga.***

Kehidupan Bintang Berawal dari “Dukhan”




Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Seperti halnya manusia, bintang pun memiliki siklus kehidupan. Ia lahir, berkembang, dewasa, tua dan mati. Semuanya terjadi karena bintang pun merupakan makhluk ciptaan Allah SWT. Setiap detak kehidupannya terikat dengan hukum-hukum yang telah digariskan. Ia hadir sesuai kehendak-Nya. Ia menjalani hidup sesuai ketetapan-Nya. Ia pun mati sesuai scenario yang telah diatur-Nya.
Marilah kita ikuti perjalanan Sang Bintang bersama Tauhid Nur Azhar & Eman Sulaiman dalam bukunya: Ajaib bin Aneh. Sejak awal mula dilahirkan, ukuran atau massa bintang mengalami perkembangan. Berdasarkan massanya, para bintang dikelompokkan menjadi bintang bermassa sangat kecil, kecil, sedang, dan besar. Uniknya, “hidup matinya” para bintang ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas massanya. Semakin kecil massa bintang, semakin lambat waktu yang ditempuh dari awal kelahirannya sampai akhir masa kehidupannya. Sebaliknya, semakin besar massa bintang, semakin cepat pula akhir massa hidupnya.
Sesungguhnya, proses kelahiran sebuah bintang adalah gambaran dari proses terciptanya alam semesta. Sebuah bintang berawal dari proses yang terjadi di meteri antarbintang (MAB) yang berupa awan, gas dan debu. Para astronom menyebut dengan nama “nebula”, sedangkan Al-Qur’an menyebut dengan kata “dukhan”. Ikatan antar molekul mulai terbentuk akibat adanya gaya tarik gravitasi. Mereka semua ber-thawaf, ber-spin. Dari proses semacam ini, lahirlah sebuah bintang kecil yang akan terus berlatih menjalankan reaksi fusi yang sempurna. Ia akan terus membangkitkan energy nuklir yang ada di pusatnya. Jika reaksi telah sempurna, bintangpun akan menjadi sosok cemerlang. Cahayanya menerangi lingkungan sekitarnya. Ukuran kecermerlangan sebuah bintang dilihat dari seberapa banyak ia menghadirkab cahaya yang bisa menerangi lingkungan sekitarnya. Konsep ini mirip dengan konsep terbaik sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw. Menurut beliau, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sekitarnya.
Ada sebuah teori dari Hertzprung Russel yang menggambarkan bagaimana sebuah bintang mengakhiri hidupnya. Sebuah bintang besar yang kehabisan ataom hydrogen di intinya, biasanya akan menggunakan persediaan hydrogen yang ada dilapisan lebih luar, demikian selanjutnya. Pada saat-saat menjelang kematiannya, bintang tersebut tampak menggelembung serta bersinar sangat cemerlang.
Setelah fase ini usai dengan memberikan yang terbaik, ia akan mengempis dan menjadi sebuah bintang kecil berwarna putih serta bergrafitasi tinggi (berbobot). Bintang tersebut menjadi sumber nilai yang bijaksana, sederhana suci, dan sangat berbobot namanya adalah “katai putih”. Dapat dibayangkan sebagai seorang yang menjadi tenang, dan bijaksana. Sebaliknya, sebuah bintang megalomania yang berukuran sangat besar, akan mengakhiri hidupnya dengan cara yang berbeda. Bintang super raksasa ini seolah ingin mengakhiri hidup dengan cara spektakuler. Ia meledak dengan sangat dahsyatnya dan mengundang segenap perhatian seisi alam smesta. Ledakan dahsyat ini bernama supernova, sebagai pentas terakhir sang mega bintang. Saat terjadi ledakan supernova, materi di pusat bintang mengalami keruntuhan dan memampat. Bagian luarnya terlempar dengan kecepatan puluhan ribu kilometer per detik. Dan hasilnya, pusat bintang yang mampat ini akan menjadi bintang yang disebut bintang neutron alias lubang hitam dengan jari-jari sekitar 10 km namun massa menyerupai massa matahari yang berjari-jari 700 ribu km.
Jika supernova menghasilkan bintang neutron alias lubang hitam (black hole), bintang neutron akan menyerap semua electron kulitnya kedalam inti. Ia menarik kembali seluruh cahaya yang dipancarkannya dan akan menarik materi dari sekitarnya, sehingga sebagian meteri akan tersedot kedalamnya. Adapun sebahagiannya lagi, akan mengorbit mengelilinginya dengan kecepatan tinggi. Akibat tarikan tersebut suhu di sekitar lubang hitam akan meningkat sangat tinggi sehingga terpancarlah sinar X. Sinar inilah yang diamati oleh astronom di bumi.
Apakah makna semua ini? Kekosongan hati diganti dengan kesenangan-kesenangan semu. Akhirnya bintang neutron hanya bisa memancakan cahaya membentuk sebuah garis (ke luar ke dalam, atau ke kiri ke kanan), seolah hanya memikirkan dirinya sendiri, pribadi yang sangat egosentris, sedangkan lubang hitam lebih mencemaskan lagi menyedot semua energy dan materi yang ada di sekitarnya.
Dalam ukurannya dan proporsinya, setiap unsur di alam semesta tramat bijak dan cerdas dalam memaknai perannya. Marilah kita lihat salah satu bintang terdekat dengan bumi kita, yaitu matahari. Ia terus bersedekah dengan memberi potensi energy yang dimilikinya untuk menjamin kehidupan makhluk lain di tempat-tempat yang jauh jaraknya. Ia tidak pernah mengeluh. Ia terus berproses mereaksikan hydrogen secara fusi untuk menghasilkan atom ringan helium hingga menghasilkan sekumpulan electron energy. Energi tersebut dikirim ke mana saja sehingga dapat diterima siapa saja, termasuk kita manusia.
Lihat pula bulan yang istiqamah dalam fungsinya sebagai satelit yang mengorbit. Dengan patuh, ia mengekor ke mana saja planet induknya pergi. Ia pun terus berusaha memantulkan “kebaikan” matahari. Keteratulan orbital serta cahaya yang dipantulkannya menjadi penunjuk jalan, arah, serta patokan penanggalan qamariah. Posisinya mengakibatkan pula terjadi proses pasang surut di permukaan bumi. Tak heran, jika pada malam purnama terjadi hal-hal “aneh” pada manusia dan hewan. Darah yang naik ke kepala akibat gravitasi akan memunculkan aktivitas kelenjar-kelenjar hipotalamus dan hipofisis, sehingga manusia lebih mampu meningkatkan arus impuls dan menimbulkan pusaran logika. Pada keluarga cumi-cumi, kondisi ini akan merangsang hormon-hormon produksi yang mendorong mereka menjadi lebih aktif bereproduksi.
Marilah kita menjadi saksi laksana pribadi matahari yang ikhlas, serta menjadi pribadi bulan   yang memantulkan kebaikan. Semoga***

Bakteri Yang Turun Dari Langit!




Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Mari kita simak informasi Allah SWT dalam Al-Qur’an berikut ini: “Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu dia bersemayam di atas Arasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam Bumi dan apa yang keluar daripadanya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik daripadanya. Dan dia bersamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al Hadiid [57]: 4)
Washington (Berita SuaraMedia) – Ilmuwan NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat), Richard B Hoover, menunjukkan bukti adanya makhluk hidup dalam meteorit. Diberitakan Straits Times, Senin (7/3/2011), badan luar angkasa AS itu memastikan jika bentuk kehidupan mikroskopik  Peneliti dari Pusat Penerbangan Marshall NASA itu mengklaim  bahwa ia dan timnya menemukan bukti makhluk hidup berupa fosil bakteri langka, yang hidup di dalam bongkahan batu dari luar angkasa itu. dan tersebut bukanlah bakteri yang biasa ditemukan di bumi. Hoover menuliskan bukti itu dalam jurnal terbaru, Journal of Cosmogoly edisi Maret 2011. Hoover berpendapat bahwa hasil uji pada koleksi sembilan meteorit yang dinamakan CI1 Meteorit Carbonaceous, itu menunjukkan bahwa ada bakteri yang berasal dari daerah asal meteor.
Koran The Straits Times terbitan Singapura tertanggal 1 Agustus 2001, menampilkan berita mengenai penemuan terbaru para ilmuwan dari Universitas Cardiff, Inggris. Mereka berhasil menemukan bakteri yang didapati hidup di atmosfer pada ketinggian yang sangat jauh dari permukaan Bumi. Sedemikian tingginya sehingga berindikasi kuat bakteri tadi berasal dari angkasa luar. Para ilmuwan itu menyebutkan sebagai bukti identifikasi positif pertama tentang adanya kehidupan diluar Bumi kita.
Walaupun sudah banyak menjadi judul film khayalan-ilmiah (science-fiction), sejauh ini teori mengenai mahluk hidup di luar angkasa baru diperkuat oleh catatan-catatan laporan para saksi mata yang mengaku nelihat piring terbang, UFO, atau elien (mahluk asing dari angkasa luar). Ketua tim ilmuwan, Prof. C. Wickramasinghe yang merupakan guru besar Astronomi dan Matematika Terapan di Universitas Cardiff menyampaikan temuan ini dalam sebuah konfrensi internasional tentang Optical Engineering di San Diego, California. Dikatakannya, sebuah fenomena baru tentang kedatangan bakteri-bakteri dari luar angkasa ke Bumi bisa dikembangkan menjadi teori yang revolusioer. Penelitian yang dilakukan adalah dengan mengirimkan balon dengan perlengkapan canggih ke lapisan atmosfer luar Bumi dari sebuah fasilitas riset di kota Hyederabad, India.
Pada ketinggian 41 kilometer – dua kali lebih tinggi dari pada percobaan yang pernah dilakukan oleh NASA (Lembaga Ruang Angkasa Nasional AS) dan lebih tinggi dari daerah yang disebutTropopause, perbatasan antaraTroposphere (lapisan atmosfer terbawah) dengan Stratosphere – peralatan balon tadi mengambil sampel udara untuk diteliti. Peralatan otomatis dari balon tadi telah menjaga tabung berisi sampel udara dalam keadaan steril sampai ke Bumi untuk mencegah kontaminasi. Kemudian di laboratorium, sampel udara tadi dibubuhi zat pewarna fluorescent yang hanya diserap oleh membran dari sel-sel yang hidup, untuk mendeteksi ada tidaknya organisme yang hidup didalamnya. Selanjutnya, dilihat dengan mikroskop elektron. Teryata tampak gugusan mahluk berbentuk koral batu karang berdiameter 5-15 mikrometer tersebar dalam sampel udara tadi.
Susunan kepadatan bakteri didalam sampel yang diambil dari ketinggian yang berbeda ini, menunjukkan bahwa mereka tadi turun dari luar angkasa dan bukan terlempar dari permkaan Bumi. Apalagi didukung oleh fakta bahwa lapisan Tropopause adalah batas paling atas dimana udara dari muka Bumi mengalir ke sana, sedangkan bakteri tadi ditemukan jauh diatasnya. Jadi, kesimpulan tim ilmuwan Universitas Cardiff ialah bahwa bakteri tadi datang ”menyerbu” dari luar angkasa.
Republika.co.id, Houston -Di sebuah danau beracun di Kalifornia, Amerika Serikat telah ditemukan bakteri unik, yang menjungkirbalikkan semua teori mengenai dasar kehidupan. Salah satu komponen dari bakteri ini adalah arsenikum. Sebelum ini, tidak pernah ada bentuk kehidupan yang berasal dari arsenikum. Demikian tulis para ilmuwan Amerika dalam majalah bergengsi Science. Organisasi Ruang Angkasa Amerika NASA juga menggelar konperensi pers mengenai penemuan ini Kamis. Desas-desus mengenai penemuan tersebut sudah menyebar selama beberapa hari.
Senin lalu NASA menyatakan akan mengeluarkan pengumuman mengenai sebuah penemuan ‘yang bisa berdampak terhadap pencarian bukti kehidupan di luar angkasa’. Awalnya muncul spekulasi bahwa para ilmuwan menemukan mahluk luar angkasa, tapi ternyata bukan. Penemuan bakteri Halomonadaceae ini memang memperbesar peluang bahwa ada kehidupan di planet-planet lain. Bakteri ditemukan di Danau Mono. Danau ini sangat beracun bagi segala bentuk kehidupan yang sejauh ini diketahui.
Surat Al Hadiid (57) ayat 4 di atas memberi isyarat tentang adanya sesuatu yang turun dan naik ke langit. Dalam berbagai kitab tafsir yang ada, para mufassirin menerangkan bahwa ayat tadi menandaskkan luasnya ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Sedangkan detail tentang ”apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya” ditafsirkan dalam dua jenis: benda-benda fisik dan benda-benda gaib. Sebagian tafsir mengartikan bahwa yang turun dari langit ialah hujan dan salju sedangkan yang naik adalah uap dan asap.***

Alam Semesta Mengembang Berbentuk Sangkakala







Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Ternyata alam semesta yang besarnya tak terkira, tak berbatas, dan tak berujung ini berasal dari sesuatu yang tak ada, kemudian dari suatu yang bersatu padu, dan kemudian mengembang dan berbentuk sangkakala. Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini: “dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu
kemudian Kami pisahkan antara keduanya dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup maka mengapakah mereka tiada juga beriman
? (21:30) Kemudian informasi berikut: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS Adz-Dzariyat : 47)
Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur’an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur’an dikatakan bahwa alam semesta “mengalami perluasan atau mengembang”. Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjau hi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus “mengembang”. Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur’an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur’an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
Menurut hasil pengamatan Cosmic Microwave Background Radiation dan pengamatan Supernovae tipe Ia, disimpulkan bahwa alam semesta (universe) mengalami percepatan yang artinya terus mengembang sehingga jarak antara galaksi-galaksi (yang tidak berada dalam satu grup) rata-rata semakin menjauh satu sama lain. Pemisalannya adalah jika kita menggambar 2 titik di permukaan di sebuah balon, dan kemudian kita meniup balon tersebut. Maka jarak kedua titik tersebut akan semakin besar. Tentu saja perlu diingat bahwa ini hanya sebagai contoh, namun bukan sesungguhnya.
Ternyata alam semesta yang berbentuk sangkakala atau dikenal juga dengan trompetnya malaikat Isrofil. Dalam suatu kisah diceritakan: “Sebelum kiamat datang, apa yang sekarang di lakukan oleh malaikat Isrofil?” Jawabnya, “Sedang membersihkan terompetnya.” Mungkin yang ada di benak kita malaikat Isrofil itu seperti sesosok seniman yang asyik mengelap terompet kecilnya sebelum tampil diatas panggung.
Sebenarnya seperti apa sih terompetnya — atau yang biasa juga dikenal dengan sangkakala– malaikat Isrofil itu? Sekitar enam tahun silam sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof. Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta raya ini sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja. Menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave Anisotropy Prob” (WMAP), mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan karena menurut hasil penelitian tersebut alam semesta ini ternyata berbentuk seperti sangkakala atau terompet. Di mana pada bagian ujung belakang terompet (baca alam semesta) merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable).
Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian awalnya sangat menarik untuk dicermati. Abu Hurairah Ra berkata : Rasulullah SAW bersabda: “Ketika Allah telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya sambil melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintah“. Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?” Jawab Rasulullah : “Bagaikan tanduk dari cahaya.” Saya tanya : “Bagaimana besarnya?” Jawab Rasulullah : “Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali. Pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan). Kedua : Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan). Ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan).”
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa sangkakala atau terompet malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan terbuat dari cahaya. Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi. Bentuk laksana tanduk mengingatkan kita pada terompet orang – orang jaman dahulu yang terbuat dari tanduk. Kalimat seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah langit (sebagai lambang alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai lambang alam nyata/syahadah). Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.
Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan data yang diperoleh lewat WMAP akurat dan bisa dipertanggungjawabkan maka bisa dipastikan bahwa kita ini bak rama – rama yang hidup di tengah – tengah kaldera gunung berapi paling aktif yang siap meletus kapan saja. Dan Allah telah mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat Isrofil itu dalam surah An Naml ayat 87 : “Dan (ingatlah) hari ditiupkan sangkakala, maka kagetlah segala yang ada di ruang angkasa dan yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua dating menghadapnya dengan kecut”.***

“Deja Vu”, Sudah Tertulis Dalam Kitab Sebelumnya



Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Mari kita simak informasi Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Hadid (57): 22: “Tidak suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan dirimu, kecuali sudah ada dalam kitab sebelum Kami jadikannya.”
Ketika Anda diperkenalkan dengan seseorang, pernakah terbersit dalam hati, “Rasanya saya pernah bertemu orang ini. Dimana, ya?” Padahal, Anda belum pernah bertemu sebelumnya. Itu disebut gejala “deja vu”. Deja vu adalah sebuah frasa Prancis dan artinya secara harfiah berarti pernah melihat sebelumnya. Fenomena ini juga disebut istilah paramnesia dari bahasa Yunani. Deja vu adalah suatu perasaan aneh ketika seseorang merasa pernah berada di suatu tempat sebelumnya, padahal belum. Atau pernah mengalami suatu peristiwa yang sama persis, padahal tidak. Konon, orang yang sering mengalami hal itu memiliki bakat spiritual yang tinggi. Menurut para pakar, setidaknya 70 persen penduduk bumi pernah mengalami fenomena ini. Jadi, fenomena psikologi tersebut adalah hal yang sangat wajar dan bukan merupakan suatu kutukan atau karma sebagaimana banyak dipercayai orang.
Bagaimana penjelasan ilmu psikologi tentang deja vu? Pada awalnya beberapa ilmuan beranggapan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama optical pathway delay ini patah ketika ditemukan bahwa orang buta pun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.
Selain itu, sebelumnya Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris, telah menemukan penderita deja vu kronis, orang-orang yang sering dapat menjelaskan secara rinci peritiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi. Mereka merasa tidak perlu menonton TV karena merasa telah menonton acara TV tersebut sebelumnya (padahal belum) dan mereka bahkan merasa tidak perlu pergi ke dokter untuk mengobati ‘penyakit’-nya karena mereka merasa sudah pergi ke dokter dan dapat menceritakan hal-hal rinci selama kunjungannya! Alih-alih kesalahan persepsi atau delusi, para peneliti mulai melihat sebab musabab deja vu ke dalam otak dan ingatan kita.
Meskipun para skeptis menganggap itu hanya sensasi. Namun, banyak juga ahli yang percaya bahwa hal itu memang nyata. Ada yang menyebut bahwa peristiwa yang dirasakan berlangsung pada kehidupan silam. Ini bagi penganut paham reingkarnasi. Bagaimana bagi orang Islam? Jawaban yang tegas disampaikan dalam Buku: “Mukjizat Sains Dalam Al-Qur’an”. Surat Al Hadid ayat 22 di atas memberi sekilas isyarat. Bahwa segala sesuatu yang belum terjadi, sudah tertulis dalam kitab.
Semua peritiwa di bumi dan perbuatan kita memang sudah ada sejak awal. Lalu, akan terjadi satu per satu secara berurutan. Dan pada waktunya, akan terekam dalam saraf penyimpanan di otak, mungkin suatu ketika terjadi short-circuit, korslet di otak seseorang. Lintasan listrik di otak melompat nyerempet sinyal ke wilayah yang belum terjadi. Maka orang merasa sudah pernah mengalami atau melihat sesuatu. Padahal yang terjadi adalah dia “pernah” melihat, tetapi di masa depan. Selama ini “pernah” hanya dikaitkan denganmasa lalu. Gajala deja vu memperluas makna “pernah” hanya dikaitkan dengan masa lalu dan juga masa depan.
Contoh deja vu, dapat juga kita lihat pada artikel saya yang lalu berjudul, “Rencana Allah Atau Jaring-Jaring Kebetulan”. Kutipannya sebagai berikut “Pada tahun 1898, jauh sebelum tenggelamnya kapal Titanic, Morgan Robertson menulis sebuah novel berjudul futility. Kisah fiktif yang ditulisnya memiliki kemiripan yang luar biasa dengan peristiwa tenggelamnya Titanic pada tahun 1912. Nama kapal dan berat serta sekoci-sekocinya pun mirip sekali. Dalam novel tersebut, Morgan menamai kapalnya Titan, sedangkan yang “asli” bernama Titanic, Berat Titan 70.000 ton, sedangkan Titanic 66.000 ton. Titan memiliki 24 sekoci, sedangkan Titanic 20, padahal yang direncanakan 40. Pemilik Titan dilukiskan sebagai orang angkuh. Kenyataannya, pemilik Titanic pun demikian.”
Aneh? Tidak juga. Kita lihat dalam Surat Al Fath (48) ayat 27: “Sesungguhnya Allah telah membuktikan kepada Rasul-Nya kebenaran mimpi dengan sebenarnya, bahwa kamu akan memasuki Mesjidil Haram insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya tanpa perasaan takut. Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat”, Allah membuka peritiwa ketika nantinya Rasulullah Saw, memasuki Mekah dengan aman. Padahal, itu belum terjadi. Lalu Surat Ar-Ruum (30) ayat 2-4: “Telah dikalahkan bangsa Rumawi (oleh bangsa Persia), di negeri yang terdekat (ke negeri Arab yaitu Syria dan Palestina) dan merka sesudah kalah itu akan menang (mengalahkan bangsa persia), dalam beberapa tahun (saja). Allah yang memutuskan (keadaan) sebelum dan sesudah (terjadi kalah menang itu). Pada hari (kemenangan Rumawi itu) bergembiralah orang-orang yang beriman,” yang berisikan tentang kemenangan Romawi atas Persia, padaha itu baru terjadi beberapa tahun kemudian. Itu contoh penyingkapan terhadap peristiwa yang belum terjadi bagi siapa pun yang membaca Al-Quran. Ternyata, selain kepada para nabi, kadang-kadang Allah memberikan “bocoran” masa depan kepada manusia biasa juga. Masa depan memang sudah ada saat ini. Hanya saja, kebanyakan manusia tidak bisa melihatnya. Kecuali mungkin sekilas deja vu yang dialami segelintir orang tadi. Wallahu a’lam.***

Tulisan “Kafir” Di Darah Si Anak



Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Mari kita simak informasi Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: “Akhirnya saat berpisah, nabi Khidir menjelaskan alasannya, “Dan adapun anak itu, adalah anak dari ibu bapaknya adalah mu’min. maka kami khawatir bahwa dia akan menjerumuskan keduanya kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki agar Tuhan mereka mengganti dengan anak lain yang lebih suci dan sayang pada mereka.” (Q.S. Al-Kahfi 18:80-81)
Kisah nabi Musa berguru ilmu kepada nabi Khidir sangat menarik untuk dibahas, karena banyak sekali nilai yang tidak normal di dalamnya. Di sana diceritakan bahwa Nabi Khidir meminta Musa agar tidak mengkritik ketika Nabi Khidir membunuh seorang anak yang tidak berdosa. Namun Nabi Musa tetap bertanya, “mengapa engkau bunuh anak yang suci, padahal anak itu tidak melakukan pembunuhan sehingga harus dibalas bunuh ?
Rupanya nabi Khidir mempunyai info mengenai masa depan anak tadi, yang kelak akan menjadi orang jahat dan mengancam orangtuanya akan menjadi sesat dan kafir. Mumpung masih kecil dibunuh saja, lalu dimintakan kepada Allah mengganti dengan bibit yang baru yang kelak menjadi anak yang saleh. Aneh bukan ? Logika nabi Khidir yang ganjil tadi sempat merepotkan para Ahli Tafsir Al-Qur’an. Ada yang mengatakn bahwa tindakan itu adalah pengecualian khusus untuk nabi Khidir saja karena punya ilmu rahasia. Ahli tafsir lain menghindari pembahasan tentang hal itu dan hanya membahas tentang makna Ghulam (anak) yang dibunuh, apakah sudah mimpi basah atau belum ? Al-Kalbi dan Ad-Dihak memperdebatkan nama si anak, apakah Syam’un atau Khaisun ? Wahab dan Suhail memperdebatkan nama Bapak dan Ibunya, apakah Salas dan Ruhma atau Kazir dan Sahwin ? Imam Al-Qurthuby sendiri berdalil bahwa bagi Allah sah-sah saja membunuh sang anak tanpa dosa, sebab -Allah yaf’alu liman yurid- Dia berbuat sekehendaknya-titik. Tafsir seperti ini pasti tidak menghentikan inti masalah tentunya.
Tafsir seperti ini tentu tidak menjawab inti masalah. Ada tafsiran lain yang mengisahkan bahwa ketika Nabi Musa menegur soal pembunuhan anak itu, Nabi Khidir marah lalu memotong bahu kiri mayat si anak, ternyata di urat darahnya ada tulisan “kafir tidak akan beriman selamanya!” Konon sang ibu akhirnya hamil lagi dan melahirkan anak perempuan yang salihah yang menurunkan 70 nabi-nabi. Kini, peristiwa membunuh anak berbakat buruk supaya di ganti dengan yang lebih baik sudah mulai bisa di jelaskan oleh ilmu pengetahuan. Pengetahuan Nabi Khidir tentang masa depan si anak kelak kalau sudah dewasa, bisa jadi berhubungan dengan kode genetika. Setiap mahluk hidup, termasuk manusia, mempunyai gen pembawa faktor keturunan yang tertulis dalam rantai molekul DNA (Deoxyribo-Nucleic-Acid) yang terdapat dalam kromosom. DNA berisi kode, intruksi kepada sel-sel dalam membelah diri dan tumbuh dengan fungsi masing-masing. Segala hal sudah ‘ditulis’ di situ, batas pertumbuhan kuku, warna kulit,rambut, tinggi badan, sampai kelemahan dan bakat penyakit setiap orang. Kode ini di wariskan turun-temurun.
Teknologi modern (fmipauncen.com, yang bersumber dari Kompas) memberikan jawaban yang lebih lengkap. Di masa depan, dengan hanya mengambil sedikit sampel darah ibu hamil untuk pemeriksaan DNA, akan dapat diketahui beragam kondisi dan kelainan calon bayi. Bukan hanya penyakit down syndrome, tapi juga warna mata, tinggi badan, risiko depresi dan penyakit kanker, hingga risiko si anak kelak akan menjadi gay atau heteroseksual. Memang semua kemajuan itu masih dalam tahap riset. Tetapi para ilmuwan bersemangat mendalami hal ini, dan diperkirakan dalam waktu tidak lama lagi hal itu akan terwujud. Kini, para ahli tengah membicarakan aspek etika dari temuan baru ini. Melakukan pemeriksaan DNA janin dari sampel darah ibu hamil tak diragukan lagi menjadi kemajuan besar dalam dunia kedokteran dan penanganan kehamilan. “Tetapi mewujudkan hal itu dalam praktik sehari-hari sangat berisiko pada aspek legal, etikal dan sosial,” kata Jaime King, dari UC Hastings College of Law yang mendalami bidang pemeriksaan genetik.
Isu etika dan sosial ini mengemuka karena adanya kekhawatiran para calon orangtua akan memilih melakukan aborsi setelah hasil tes DNA menunjukkan calon bayi mereka ternyata “tidak cukup baik” untuk dilahirkan. Sudah sejak lama dunia kedokteran mengetahui prosedur pengambilan contoh DNA janin dengan risiko keguguran yang minimal. Tetapi dengan mengambil contoh darah ibu, risiko keguguran itu hampir tidak ada. Kemajuan ini membuat banyak ibu hamil tertarik melakukan pemeriksaan DNA untuk mengetahui berbagai hal seputar kondisi janinnya. Hasil tes ini bahkan bisa diketahui sejak kehamilan masih dini sehingga ditakutkan membuka kesempatan untuk dilakukannya aborsi. Dalam sejumlah penelitian yang dipublikasikan akhir tahun lalu, para ilmuwan yang tertarik pada teknologi DNA telah mampu merekonstruksi genetik bayi dengan memperbaiki bagian dari DNA janin yang berasal dari sirkulasi darah ibu. Kemajuan ini, ditambah dengan turunnya harga analisa DNA akan membuka pintu pada pemeriksaan gen individual. Hasilnya akan jauh lebih akurat dari pemeriksaan yang ada sekarang ini. Hank Greely, profesor hukum dari Stanford University mengungkapkan, dalam 5-10 tahun lagi dokter akan bisa mengungkap 100-200 jenis penyakit hanya dari pemeriksaan DNA. “Pemeriksaan kehamilan akan memberi banyak informasi tentang genetik anak,” katanya. Informasi tersebut di satu sisi berguna, tapi pada saat yang sama menimbulkan pertanyaan mengenai tanggung jawab para calon orangtua yang melakukan rekayasa genetik. Belum lagi kesiapan mental para orangtua. Bila anak lahir dengan kondisi yang sudah diketahui sejak awal, keberadaan tes ini akan mengubah “dari sesuatu yang terjadi”, pada sesuatu yang sudah diantisipasi.***

Rencana Allah atau Jaring-Jaring Kebetulan?


Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
                Pada tahun 1898, jauh sebelum tenggelamnya kapal Titanic, Morgan Robertson menulis sebuah novel berjudul futility. Kisah fiktif yang ditulisnya memiliki kemiripan yang luar biasa dengan peristiwa tenggelamnya Titanic pada tahun 1912. Nama kapal dan berat serta sekoci-sekocinya pun mirip sekali. Dalam novel tersebut, Morgan menamai kapalnya Titan, sedangkan yang “asli” bernama Titanic, Berat Titan 70.000 ton, sedangkan Titanic 66.000 ton. Titan memiliki 24 sekoci, sedangkan Titanic 20, padahal yang direncanakan 40. Pemilik Titan dilukiskan sebagai orang angkuh. Kenyataannya, pemilik Titanic pun demikian. Apakah ini sebuah kebetulan?
            Menurut Tauhid Nur Azhar dan Eman Sulaiman dalam Bukunya Ajaib Bin aneh, dikatakan untuk memahami fenomena “kebetulkan” ini, ada hipotesa yang bisa diajukan. Pertama, kebetulan terjadi karena adanya daya dukung lingkungan. Saat terjadi perubahan cuaca misalnya, ketika itu, udara bertambah panas, hujan tidak turun, kekeringan pun terjadi di mana-mana. Efeknya, orang-orang jadi tertarik membaca buku tentang meteorologi dan fenomena-fenimena alam lainnya. Padahal, sebelum itu mereka tidak tertarik pada isu-isu tersebut. Nah, ketika bertemu, mereka berkata, “Eh kebetulan ya kita juga sedang baca buku A”. Artinya kondisi setiap orang mendorongnya melakukan hal yang sama.
            Meskipun kisah tersebut di atas mungkin saja dapat digolongkan sebagai jaring-jaring kebetulan, akan tetapi kita harus yakin seyakinnya bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah Rencana Yang Maha Cerdas, Allah SWT, Tuhan semesta alam. Meskioun demikian,  kita tidak tahu rencana Allah itu seperti apa, serta bagaimana proses menjalankannya. Inilah yang harus kita pelajari dan kita pahami.
            Kata Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadhb (murka), dalam Al-Qur’an Al-Karim masing-masing 26 kali. Apakah ini suatu kebetulan dengan misteri tanggal 26 yang tercatat oleh Weal Aheon dalam buku berjudul Bencana-Bencana Awal Akhir Jaman. Tertulis pada tanggal 26 Agustus 1883, gunung Krakatau meletus, korban 36.000 orang. Tanggal 26 Desember 1932, gempa di Kansu, China, 70.000 orang tewas. Tanggal 26 Januari 1951, gempa di Portugal, 30.000 orang meninggal. Tanggal 26 Juni 1976, gempa bumi di china, 255.000 orang tewas. Tanggal 26 Desember 1996, Badai di Sabah, Malaysia, 1000 orang mati. Tanggal 26 Desember 2003, gampa di Iran, 60.000 orang tewas. Tanggal 26 Desember 2004, gempa & Tsunami di Aceh, lebih dari 250.000 orang tewas. Tanggal 26 Mei 2006, gempa & Tsunami di Pangandaran, 250 orang tewas. Tanggal 26 Mei 2010, gempa di tasikmalaya, 20 orang tewas. Tanggal 26 Oktober 2010, gunung Merapi, meletus, 84 orang tewas. Apakah ada hubungannya? Pakah juga kebetulan?
            Abdurrazaq Nawfal, dalam Al-Ijaz Al-Adabiy li Al-Qur’an Al-Karim yang terdiri dari tiga jilid, mengemukakan sekian banyak contoh tentang remcana Allah dan keseimbangan dalam Al-Quran, yang dapat kita simpulkan secara sangat singkat sebagai berikut. Pertama. Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), jumlah keseluruhannya hanya tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti “bulan” (syahr) hanya terdapat dua belas kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
            Kedua.  Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada “tujuh.” Penjelasan ini diulanginya sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam ayat-ayat Al-Baqarah 29, Al-Isra’ 44, Al-Mu’minun 86, Fushshilat 12, Al-Thalaq 12, Al-Mulk 3, dan Nuh 15. Selain itu, penjelasannya tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat. Ketiga. Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasul (rasul), atau nabiyy (nabi), atau basyir (pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali.
 Keempat. Kata lautan (al bahar) disebutkan 32 kali sedangkan kata daratan (al bar) disebutkan 13 kali. Jika di jumlahkan perkataan yang berkaitan tentang “lautan” dan “daratan” adalah 45 perkataan. Seperti pengiraan berikut: Lautan : 32/45 X 100% = 71.11111111%  Daratan : 13/45 X 100% = 28.88888888%. Kini telah kita ketahui peratusan bagi “Lautan” dan “Daratan” di dalam dunia ini sebagaimana yang di sebutkan di dalam kitab sici Al Quran. Kelima. [Quran 3:59]. Sesungguhnya persamaan “Isa” di sisi Allah seperti persamaan “Adam”. Kata “Isa” dan “Adam” sama-sama muncul 25 kali.
Keenam. [Quran 7:176], “anjing” dengan “kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami” Maka persamaannya ialah: bahwa “kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami” (al-qawmul-ladzi_na kadz-dabu_ bi a_ya_tina_) dipersamakan/ diibaratkan kelakuannya seperti  seekor “anjing” (kalb). Jika kamu menghalaunya, ia menjulurkan lidahnya, atau jika kamu membiarkannya, ia menjulurkan lidahnya juga.”Anjing” (kalb) tertulis 5 kali sebagaimana kata “Kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami” (al-qawmul-ladzi_na kadz-dabu_ bi a_ya_tina_) tertulis 5 kali juga.
Ketujuh. (7)  [Quran 29:41] Persamaan “orang-orang yang mengambil untuk mereka wali-wali selain daripada Allah” (alladzi_nat-takhadzu_ mindu_nil-laahi), ialah seperti persamaan “laba-laba” (al-’ankabu_t). Laba-laba (al-’ankabu_t) tertulis 2 kali, “Orang-orang yang mengambil untuk mereka wali-wali selain daripada Allah” (alladzi_nat-takhadzu_ mindu_nil-laahi) tertulis 2 kali juga.
Kedelapan. (8)  [Quran 62:5] Persamaan “orang-orang yang dibebankan dengan Taurat”, kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti persamaan “seekor keledai” yang memikul buku-buku yang tebal. “Keledai” (al-hima_r) dan “orang-orang yang dibebankan dg taurat” (al-ladzi_na humilut-tawra_t) sama-sama muncul di ayat ini, yaitu hitungannya sama-sama satu kali muncul.
Kesembilan. “Berkaitan dengan pertidaksamaan matematik” Dalam Quran, dijumpai hintungan tentang pertidaksamaan ketika ada ayat yang menyatakan “Adakah sama antara A dan B (hal yastawi_ A wa B?), sebagaimana ditemukan dalam beberapa ayat. Tentunya, kita akan berfikiran bahwa tentu saja kemungkinan (probabilitas) ketidaksamaan jumlah antara A dan B adalah sangat besar, akan tetapi anehnya, jika kita temukan ayat yang menyatakan ketidaksamaan antara A dan B, diketahui bahwa perbedaan jumlah antara A dan B adalah TEPAT SATU. Allahu akbar.***

Pernikahan Beton dengan Tulangan Baja


Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
 Allah berfirman, “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah” (QS. Adz-Dzaariyaat [51]: 49).
Diceritakan, ada seorang dosen memberi wawasan unik tentang perjodohan kepada mahasiswanya. “kamu tidak akan mendapat pasangan hidupmu sebelum kenal benar siapa dirimu”. Bagaimana cara kita mengenal diri sendiri? “tanya mahasiswa”.
“Berdirilah engkau di depan sebuah cermin. Tataplah dirimu baik-baik di dalam kaca. Bila engkau mendapatkannya sebagai lelaki, jodohmu adalah wanita. Begitu pun sebaliknya,“ jawab Pak Dosen.
“Apa tanda-tandanya bahwa kita itu lelaki atau wanita?,“ tanya mahasiswa. “Mudah saja,” jawab Pak Dosen. “kamu lelaki bila sifat-sifat Jalaliyah Allah bersemayam di dalam dirimu. Dan kamu wanita bila sifat-sifat Jamaliyah-Nya turun menghiasi dirimu.”
“Jadi, di dalam perjodohan kami ini, disyaratkan memadu sifat-sifat jalaliyah dan jamaliyah tersebut?” tanya mahasiswa. “Persis! Dan bila engkau berhasil memadukan keduanya, akan turun dalam dirimu sifat-sifat Kamaliyah-Nya, yaitu, satu sifat yang dengannya, setiap insan boleh menyentuh sesuatu di alam raya ini tanpa menimbulkan kerusakan”.
“Ada kalangan yang berpendapat bahwa wadat (tidak menikah) merupakan sarana kesucian. Bagaimana pendapat Bapak?” tanya mahasiswa.
“Kesucian itu baru merupakan sarana dalam berhubungan dengan manusia, bukan tujuan. Kesucian itu harus dimiliki pihak lelaki maupun wanita dalam mencari pasangannya, bukan untuk hidup sendiri-sendiri. Setelah berhasil memadukan keduanya tanpa benturan, bahkan saling dapat mengembangkan, barulah dapat dikatakan sempurna namanya.” Ungkap Pak Dosen.
“Kalau begitu, nikah lebih mulia daripada wadat. Begitu, kesimpulan Bapak?”
 “Jelas, karena jikalau tidak demikian, menikah tidak akan dijadikan landasan moral Sunnah Rasul kita.
Apa yang dapat kita harapkan dari kehidupan di bumi, jika golongan yang kaya tidak mau menjamah golongan miskin, kemudian orang pintar menjauh dari orang awam, para penguasa tak peduli dengan rakyat yang dikuasai, bangsa super power tidak mengulurkan tangan dan bahkan mau memangsa bangsa yang lemah?” tuturnya kembali.
“Kok sampai di sana!” timbal mahasiswa. “Mengapa tidak! Untuk mengetahui kebenaran yang terkecil, harus diuji dengan memproyeksikannya pada sesuatu yang besar,” jawab Pak Dosen sambil tersenyum.
Kisah ini saya kutip dari buku Ajaib Bin Aneh karya Tauhid Azhar & Eman Sulaiman, yang bersumber dari buku Langit-Langit Desa karya Muhammad Zuhri.
Mengapa harus berpasang-pasangan? Ada banyak alternatif jawabannya. Namun yang pasti, dengan berpasangan (yang sah tentunya) nilai-nilai kebaikan bisa terpadu menjadi sebuah kesempurnaan. Dengan berpasangan, akan tercipta pula proses sinergi, saling melengkapi, dan saling meniadakan keburukan.
Marilah kita belajar pada Beton Bertulang. Beton Bertulang yang bahasa kerennya Reinforced Concrete atau gabungan antara semen, krikil, pasir dan air, ditambah dengan tulangan baja. Dengan beton bertulang kita dapat membangun gedung pencakar langit, jembatan raksasa, bendungan super besar ataupun reaktor nuklir dan sebagainya.
Keempat unsur pembentuk beton bila berdiri sendiri, tentu tidak bisa berbuat banyak, dengan air tidak mungkin bisa membuat gedung. Begitu juga dengan krikil dan pasir, juga tidak dapat menghasil komponen bangunan. Semen sendiri juga tidak dapat berbuat apa-apa, akan tetapi kalau digabung keempat unsur ini akan menjadi batu buatan manusia yang sangat kuat terhadap tekan. Ketiga unsur semen, krikil dan pasir ini bisa bersatu kerena dicomblangi oleh air.
Beton Bertulang, adalah persatuan antara dua unsur beton dan tulangan baja. Sejatinya, kedua unsur ini jarang bisa berdiri sendiri. Yang satu ini, mereka bisa bersatu karena dicomblangi oleh insinyur bangunan sebagai mediator. Ketika berdiri sendiri, beton tidak mempunyai kekuatan berarti, begitu sedikit kena beban gempa (tarik) beton akan hancur lebur. Demikian pula baja tulangan, bentuknya yang langsing tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Begitu mendapat sedikit tekanan, ia akan patah tekuk.
Namun, ketika beton dicor atau digabung bersama tulangan baja oleh kuli bangunan, masing-masing akan mengikat dirinya membentuk kristal. Jika sebuah ikatan kimia sampai membentuk kristal, tingkat kecocokannya pasti sangat tinggi, dari fase beton cor yang cair (likuid) sampai menjadi solid dan terkristalisasi. Ikatan keduanya termasuk ikatan sempurna, saling menutupi kelemahan masing-masing. Tak disangka, material beton yang berasal dari muntahan gunung api dari perut bumi bisa digabung dengan baja tulangan (Fe) yang berasal dari meteor besi (langit) yang sudah terkubur lama di perut bumi, ternyata bisa mengahasilkan sesuatu kekuatan yang sangat luar biasa.
Jadi, konsep pasangan harus meniru beton bertulang. Ikatan yang kuat di antara kedua jenis material yang berbeda ini hanya dimiliki oleh baja tulangan dengan beton, tidak dimiliki oleh jenis material lainnya seperti beton dengan rotan, beton dengan kayu, dan material lainnya. Beberapa gambaran yang menyebabkan terjadinya ikatan yang kuat antara tulangan baja dan beton.
Mengapa harus berpasangan? Mengapa beton harus nikah dengan tulangan baja? Pertama. Koefisien muai panas dari kedua material ini, kurang lebih 0,0000065 untuk tulangan baja dan 0,0000055 untuk beton, cukup berdekatan untuk dapat mencegah terjadi retak dan efek-efek lainnya yang tidak diinginkan akibat terjadinya deformasi karena adanya perubahan temperatur. Kedua. Karena daya tahan baja terhadap karat sangat lemah, maka beton yang berada disekeliling tulangan penguat dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap karat, dengan demikian dapat memperkecil masalah karat dan mengurangi biaya pemeliharaan. Ketiga. Daya tahan api tulangan baja yang tidak terlindung diperlemah oleh konduktifitasnya yang tinggi terhadap panas dan kenyataan bahwa kekuatan tulangan akan berkurang banyak pada temperatur yang tinggi. Sebaliknya konduktifitasnya panas beton yang rendah. Dengan demikian, kerusakan yang disebabkan, bahkan oleh api yang menjalar untuk jangka waktu yang lama, kalaupun ada, biasanya terbatas pada lapisan luar dari beton, dan suatu penutup beton dengan ketebalan cukup dapat berfungsi cukup baik sebagai penyekat bagi tulangan yang ditanam di dalamnya.***